Sabtu, 20 Juli 2013

Belajar dari Korek Api




Sangat banyak hal sederhana dalam kehidupan ini, yang sebenarnya bisa kita jadikan pelajaran berharga.
Contoh sederhana yang bisa kita jadikan pelajaran adalah:
Satu pohon dapat membuat jutaan batang korek api, tapi satu batang korek api dapat membakar jutaan pohon.
Jadi……artinya Satu pikiran negatif dapat membakar semua pikiran positif.
Korek api mempunyai kepala,tetapi tidak mempunyai otak,oleh karena itu setiap kali ada gesekan kecil, sang korek api langsung terbakar.
Kita mempunyai kepala, dan juga otak; jadi kita tidak perlu kebakaran jenggot hanya karena gesekan kecil.
Dengan menggunakan otak, kita dapat mengurangi stress.
Ketika burung hidup, ia makan semut.Ketika burung mati, semut memakan burung.
Waktu terus berputar sepanjang jaman.Siklus kehidupan terus berlanjut.
Jangan merendahkan siapapun dalam hidup. Akan tetapi kita harus menunjukkan penghargaan pada orang lain, bukan karena siapa mereka, tetapi karena siapa diri kita.
Kita mungkin berkuasa tapi waktu lebih berkuasa daripada kita.
Ketika kita sedang jaya, kita merasa banyak teman di sekeliling kita, sehingga kita Percaya Diri melakukan apa saja.
Waktu kita tak berdaya, barulah kita sadar selama ini siapa sahabat sejati kita, siapa teman yang hanya memperalat & menggunakan kita.
Ketika kita sakit, kita baru tahu bahwa sehat itu sangat penting, jauh melebihi harta.
Manakala kita miskin, kita baru tahu jadi orang itu harus banyak memberi / bersedekah dan saling membantu.
Ketika kita tua, kita baru tahu kalau masih banyak yang belum dikerjakan.
Dan….., setelah di ambang ajal, kita baru tahu ternyata begitu banyak waktu yang terbuang sia-sia.

Sadarilah… Hidup ini tidaklah lama, sudah saatnya kita bersama-sama membuat HIDUP INI LEBIH BERHARGA
Saling menghargai,
Saling membantu dan memberi,
Saling mendukung,
Jadilah teman setia tanpa syarat
Jauhkan niat jahat untuk mencelakai teman atau memaksa seseorang melakukan suatu hal yang menyimpang untuk kepentingan pribadi kita.

Apa yang ditabur, itulah yang akan kita tuai nanti
By: http://www.duniamotivator.com/belajar-dari-korek-api/

Senin, 08 Juli 2013

Kisah Katak dan Siput



Ada seekor siput selalu memandang sinis terhadap katak. Suatu hari, katak yang kehilangan kesabaran akhirnya berkata kepada siput: “Tuan siput, apakah saya telah melakukan kesalahan, sehingga Anda begitu membenci saya?”

Siput menjawab: “Kalian kaum katak mempunyai empat kaki dan bisa melompat ke sana ke mari, Tapi saya mesti membawa cangkang yang berat ini, merangkak di tanah, jadi saya merasa sangat sedih.”

Katak menjawab: “Setiap kehidupan memiliki penderitaannya masing-masing, hanya saja kamu cuma melihat kegembiraan saya, tetapi kamu tidak melihat penderitaan kami (katak).”

Dan seketika, ada seekor elang besar yang terbang ke arah mereka, siput dengan cepat memasukan badannya ke dalam cangkang, sedangkan katak dimangsa oleh elang.

Nikmatilah kehidupanmu, tidak perlu dibandingkan dengan orang lain. keirian hati kita terhadap orang lain akan membawa lebih banyak penderitaan. Lebih baik pikirkanlah apa yang kita miliki. Hal tersebut akan membawakan lebih banyak rasa syukur dan kebahagiaan bagi kita sendiri.


by: https://www.facebook.com/unikdankeren.indonesia

Kamis, 04 Juli 2013

Kisah Telor dan Tempe Gosong


MALAM yang dingin disapu gerimis dan kabut tipis, membuatku mengigil kedinginan. Saya teringat dengan masakan ibu di malam itu dengan kondisi yang serupa.

Ibu yang bangun sejak pagi, tak kenal lelah bekerja keras sepanjang hari. Ia membereskan rumah seorang diri, hingga tiba jam makan malam pun ibu masih saja sibuk sendiri di dapur kecil kami.

Tepat jam tujuh malam ibu selesai menghidangkan makan malam untuk ayah, sangat sederhana, berupa telur mata sapi, tempe goreng, sambal teri dan nasi.

Sayangnya, karena sibuk mengurusi adik yang merengek, tempe dan telor gorengnya sedikit gosong.

Saya melihat ibu sedikit panik, tapi tidak bisa berbuat banyak. Minyak goreng pun sudah habis.

Kami menunggu dengan tegang, apa reaksi ayah yang pulang kerja? Sudah capek, kemudian melihat makan malamnya hanya dengan tempe dan telur gosong.

Namun sungguh luar biasa! Ayah dengan tenang menikmati dan memakan semua yang disiapkan ibu dengan senyuman yang tak hilang dari pandangan.

Ayah bahkan berkata, “Bu terima kasih ya!” Lalu ayah juga menanyakan kegiatan saya dan adik di sekolah.

Selesai makan, masih di meja makan, saya mendengar ibu meminta maaf karena telor dan tempe yang gosong itu.

Dan satu hal yang tidak pernah saya lupakan adalah apa yang ayah katakan:

“Sayang, aku suka telor dan tempe yang gosong.”

Sebelum tidur, saya pergi ke kamar ayah dan bertanya, “Apakah ayah benar-benar menyukai telur dan tempe gosong?”

Ayah memeluk saya dengan kedua lengannya erat sekali sambil berkata, “Anakku, ibu sudah bekerja keras sepanjang hari dan dia benar-benar sudah capek. Jadi, sepotong telor dan tempe yang gosong tidak akan menyakiti siapa pun anakku.”

Ini pelajaran yang saya praktikkan di tahun-tahun berikutnya, “Belajar menerima kesalahan orang lain adalah kunci yang sangat penting untuk menciptakan sebuah hubungan yang sehat, bertumbuh & abadi.”

Ingatlah! Bahwa emosi tidak akan pernah menyelesaikan masalah yang ada, jadi selalulah berpikir dewasa. Mengapa sesuatu hal itu bisa terjadi? Pasti punya alasannya sendiri.

Janganlah kita menjadi orang yang egois dan hanya ingin dimengerti, tapi tidak ingin mengertikan orang lain.

Tua itu pasti, tapi dewasa itu pilihan.







by: facebook.com/pages/Kaligrafi