Sabtu, 20 Juli 2013

Belajar dari Korek Api




Sangat banyak hal sederhana dalam kehidupan ini, yang sebenarnya bisa kita jadikan pelajaran berharga.
Contoh sederhana yang bisa kita jadikan pelajaran adalah:
Satu pohon dapat membuat jutaan batang korek api, tapi satu batang korek api dapat membakar jutaan pohon.
Jadi……artinya Satu pikiran negatif dapat membakar semua pikiran positif.
Korek api mempunyai kepala,tetapi tidak mempunyai otak,oleh karena itu setiap kali ada gesekan kecil, sang korek api langsung terbakar.
Kita mempunyai kepala, dan juga otak; jadi kita tidak perlu kebakaran jenggot hanya karena gesekan kecil.
Dengan menggunakan otak, kita dapat mengurangi stress.
Ketika burung hidup, ia makan semut.Ketika burung mati, semut memakan burung.
Waktu terus berputar sepanjang jaman.Siklus kehidupan terus berlanjut.
Jangan merendahkan siapapun dalam hidup. Akan tetapi kita harus menunjukkan penghargaan pada orang lain, bukan karena siapa mereka, tetapi karena siapa diri kita.
Kita mungkin berkuasa tapi waktu lebih berkuasa daripada kita.
Ketika kita sedang jaya, kita merasa banyak teman di sekeliling kita, sehingga kita Percaya Diri melakukan apa saja.
Waktu kita tak berdaya, barulah kita sadar selama ini siapa sahabat sejati kita, siapa teman yang hanya memperalat & menggunakan kita.
Ketika kita sakit, kita baru tahu bahwa sehat itu sangat penting, jauh melebihi harta.
Manakala kita miskin, kita baru tahu jadi orang itu harus banyak memberi / bersedekah dan saling membantu.
Ketika kita tua, kita baru tahu kalau masih banyak yang belum dikerjakan.
Dan….., setelah di ambang ajal, kita baru tahu ternyata begitu banyak waktu yang terbuang sia-sia.

Sadarilah… Hidup ini tidaklah lama, sudah saatnya kita bersama-sama membuat HIDUP INI LEBIH BERHARGA
Saling menghargai,
Saling membantu dan memberi,
Saling mendukung,
Jadilah teman setia tanpa syarat
Jauhkan niat jahat untuk mencelakai teman atau memaksa seseorang melakukan suatu hal yang menyimpang untuk kepentingan pribadi kita.

Apa yang ditabur, itulah yang akan kita tuai nanti
By: http://www.duniamotivator.com/belajar-dari-korek-api/

Senin, 08 Juli 2013

Kisah Katak dan Siput



Ada seekor siput selalu memandang sinis terhadap katak. Suatu hari, katak yang kehilangan kesabaran akhirnya berkata kepada siput: “Tuan siput, apakah saya telah melakukan kesalahan, sehingga Anda begitu membenci saya?”

Siput menjawab: “Kalian kaum katak mempunyai empat kaki dan bisa melompat ke sana ke mari, Tapi saya mesti membawa cangkang yang berat ini, merangkak di tanah, jadi saya merasa sangat sedih.”

Katak menjawab: “Setiap kehidupan memiliki penderitaannya masing-masing, hanya saja kamu cuma melihat kegembiraan saya, tetapi kamu tidak melihat penderitaan kami (katak).”

Dan seketika, ada seekor elang besar yang terbang ke arah mereka, siput dengan cepat memasukan badannya ke dalam cangkang, sedangkan katak dimangsa oleh elang.

Nikmatilah kehidupanmu, tidak perlu dibandingkan dengan orang lain. keirian hati kita terhadap orang lain akan membawa lebih banyak penderitaan. Lebih baik pikirkanlah apa yang kita miliki. Hal tersebut akan membawakan lebih banyak rasa syukur dan kebahagiaan bagi kita sendiri.


by: https://www.facebook.com/unikdankeren.indonesia

Kamis, 04 Juli 2013

Kisah Telor dan Tempe Gosong


MALAM yang dingin disapu gerimis dan kabut tipis, membuatku mengigil kedinginan. Saya teringat dengan masakan ibu di malam itu dengan kondisi yang serupa.

Ibu yang bangun sejak pagi, tak kenal lelah bekerja keras sepanjang hari. Ia membereskan rumah seorang diri, hingga tiba jam makan malam pun ibu masih saja sibuk sendiri di dapur kecil kami.

Tepat jam tujuh malam ibu selesai menghidangkan makan malam untuk ayah, sangat sederhana, berupa telur mata sapi, tempe goreng, sambal teri dan nasi.

Sayangnya, karena sibuk mengurusi adik yang merengek, tempe dan telor gorengnya sedikit gosong.

Saya melihat ibu sedikit panik, tapi tidak bisa berbuat banyak. Minyak goreng pun sudah habis.

Kami menunggu dengan tegang, apa reaksi ayah yang pulang kerja? Sudah capek, kemudian melihat makan malamnya hanya dengan tempe dan telur gosong.

Namun sungguh luar biasa! Ayah dengan tenang menikmati dan memakan semua yang disiapkan ibu dengan senyuman yang tak hilang dari pandangan.

Ayah bahkan berkata, “Bu terima kasih ya!” Lalu ayah juga menanyakan kegiatan saya dan adik di sekolah.

Selesai makan, masih di meja makan, saya mendengar ibu meminta maaf karena telor dan tempe yang gosong itu.

Dan satu hal yang tidak pernah saya lupakan adalah apa yang ayah katakan:

“Sayang, aku suka telor dan tempe yang gosong.”

Sebelum tidur, saya pergi ke kamar ayah dan bertanya, “Apakah ayah benar-benar menyukai telur dan tempe gosong?”

Ayah memeluk saya dengan kedua lengannya erat sekali sambil berkata, “Anakku, ibu sudah bekerja keras sepanjang hari dan dia benar-benar sudah capek. Jadi, sepotong telor dan tempe yang gosong tidak akan menyakiti siapa pun anakku.”

Ini pelajaran yang saya praktikkan di tahun-tahun berikutnya, “Belajar menerima kesalahan orang lain adalah kunci yang sangat penting untuk menciptakan sebuah hubungan yang sehat, bertumbuh & abadi.”

Ingatlah! Bahwa emosi tidak akan pernah menyelesaikan masalah yang ada, jadi selalulah berpikir dewasa. Mengapa sesuatu hal itu bisa terjadi? Pasti punya alasannya sendiri.

Janganlah kita menjadi orang yang egois dan hanya ingin dimengerti, tapi tidak ingin mengertikan orang lain.

Tua itu pasti, tapi dewasa itu pilihan.







by: facebook.com/pages/Kaligrafi

Senin, 20 Mei 2013

Kisah Antara Kesuksesan, Kekayaan dan Cinta



       Suatu ketika, ada seorang wanita yang kembali pulang ke rumah, dania melihat ada 3 orang pria berjanggut yang duduk di halaman depan.Wanita itu tidak mengenal mereka semua.

     Wanita itu berkata, " Aku tidak mengenal Anda, tapi aku yakin Anda semua pasti sedang lapar. Mari masuk ke dalam, aku pasti punya sesuatu untuk mengganjal perut. Pria berjanggut itu lalu balik bertanya, " Apakah suamimu sudah pulang ? " Wanita itu menjawab, " Belum, dia sedang keluar. " Oh kalau begitu, kami tak ingin masuk. Kami akan menunggu sampai suamimu kembali ", kata pria itu.

     Di waktu senja, saat keluarga itu berkumpul, sang isteri menceritakan semua kejadian tadi. Sang suami, awalnya bingung dengan kejadian ini, lalu ia berkata pada istrinya, " Sampaikan pada mereka, aku telah kembali, dan mereka semua boleh masuk untuk menikmati makan malam ini. Wanita itu kemudian keluar dan mengundang mereka untuk masuk ke dalam ".

     " Maaf, kami semua tak bisa masuk bersama-sama ", kata pria itu hampir bersamaan. " Lho, kenapa ?" tanya wanita itu karena merasa heran. Salah seorang pria itu berkata, " Nama dia Kekayaan," katanya sambil menunjuk seorang pria berjanggut di sebelahnya, " Sedangkan yang ini bernama Kesuksesan, sambil memegang bahu pria berjanggut lainnya. Sedangkan aku sendiri bernama Cinta. Sekarang, coba tanya kepada suamimu, siapa diantara kami yang boleh masuk ke rumahmu ?"

     Wanita itu kembali masuk ke dalam, dan memberitahu pesan pria di luar. Suaminyapun merasa heran. " Ohho ... menyenangkan sekali. Baiklah, kalau begitu, coba kamu ajak si Kekayaan masuk ke dalam. Aku ingin rumah ini penuh dengan Kekayaan." Istrinya tak setuju dengan pilihan itu. Ia bertanya, " Sayangku, kenapa kita tak mengundang si Kesuksesan saja? Sebab sepertinya kita perlu dia untuk membantu keberhasilan panen kebun kita."

     Ternyata, anak mereka mendengarkan percakapan itu. Ia pun ikut mengusulkan siapa yang akan masuk ke dalam rumah. " Bukankah lebih baik jika kita mengajak si Cinta yang masuk ke dalam ? Rumah kita ini akan nyaman dan penuh dengan kehangatan Cinta." Suami-istri itu setuju dengan pilihan buah hati mereka. " Baiklah, ajak masuk si Cinta ini ke dalam. Dan malam ini, Si Cinta menjadi teman santap malam kita."

     Wanita itu kembali keluar, dan bertanya kepada 3 pria itu. " Siapa diantara Anda yang bernama Cinta ? Ayo, silahkan masuk, Anda menjadi tamu kita malam ini." Si Cinta bangkit, dan berjalan menuju beranda rumah. Ohho .. ternyata, kedua pria berjanggut lainnya pun ikut serta. Karena merasa ganjil, wanita itu bertanya kepada si Kekayaan dan si Kesuksesan " Aku hanya mengundang si Cinta yang masuk ke dalam,tapi kenapa kamu ikut juga ?"

Kedua pria yang ditanya itu menjawab bersamaan. " Kalau Anda mengundang si Kekayaan, atau si Kesuksesan, maka yang lainnya akan tinggal di luar. Namun, karena Anda mengundang si Cinta, maka, kemanapun Cinta pergi, kami akan ikut selalu bersamanya. Dimana ada Cinta, maka Kekayaan dan Kesuksesan juga akan ikut serta."

     " Sebab, ketahuilah, sebenarnya kami buta. Dan hanya si Cinta yang bisa melihat. Hanya dia yang bisa menunjukkan kita pada jalan kebaikan, kepada jalan yang lurus. Maka, kami butuh bimbingannya saat berjalan. Saat kami menjalani hidup ini."** 

sumber: http://www.pengobatan.com

Sabtu, 27 April 2013

Perjalanan Sebuah Kebaikan

Seorang executive muda berangkat kerja dipagi hari menggunakan taxi. Suasana hatinya lagi senang karena hari pertamanya ke kantor yang baru.
“Selamat pagi Pak, “ katanya menyapa sang sopir, setelah taxi yang dipesannya datang.
“pagi yang cerah bukan?” sambungnya sambil tersenyum. Cerahnya pagi seolah juga menerangi hatinya.
Setelah tiba di kantornya yang baru, executive muda tadi membayar dengan uang 20ribuan, meskipun argo taxi menunjukkan hanya 15rb.
“kembaliannya buat Bapak saja. Selamat bekerja, semoga hari ini juga menjadi hari yang indah buat Bapak,! Kata executive muda tadi sambil tersenyum.
“Alhamdulillaah, terimakasih mas,” jawab Pak Sopir. Sopir taxi merasa gembira dengan datangnya rezeki yang tidak diduga pagi pagi hari.
“wah, klo begini aku bisa sarapan pagi nih,” gumam Pak sopir dalam hati. Tidak seperti biasanya ia sarapan sepagi itu, kadang setelah 3-4 penumpang ia baru bisa membeli sarapan. Namun alibat rezeki tambahan yang ia terima melalui executive muda tadi , pak sopir bisa sarapan sepagi itu.
Dan ia pun menuju warung tegal dimana ia biasa sarapan pagi disitu.
“pesan apa Pak?tanya si Mbok pemilik warung.
“seperti biasa Mbok, Nasi sayur, tapi kali ini ditambahkan sepotong ayam, ya” jawab Pak Sopir dengan senyum.
Ketika membayar ia memberi tambahan dua ribu rupiah, itung itung bagi agi rezeki yang ia dapatkan dari si Executive muda tadipagi. “Ini buat jajan anaknya siMbok,” begitu katanya.
“Alhamdulillaah, terimakasih Pak..” ucap siMbok dengan riang.
Dengan tambahan jajan dua ribu, pagi itu anak si Mbok berangkat kesekolah dengan senyum lebih lebar. Biasanya dia hanya membeli sepotong roti untuk bekal dirinya, namun pagi itu ia membeli dua roti untuk diberikan temannya yang tidak mempunyai bekal.###
Begitulah sahabat, perbuatan baik itu bisa berlanjut, bergulir bagai bola salju. Barangkali hanya satu kebaikan yang kita berikan, namun dibelakangnya akan bermekaran banyak kebaikan kebaikan lain.
Kebaikan sekecil apapun akan pasti memiliki arti bagi oranglain. Kebaikan itu akan menginspirasi dan memotivasi oranglain untuk berbuat kebaikan juga. Seperti kisah yang terjadi pada zaman sahabat, saat seorang sahabat memberikan gulai kepada tetangganya. Gulai itu beralih dari satu tangan ke tangan lain hingga akhirnya kembali lagi ke pemiliknya. Hal itu tidak akan terjadi kecuali karena kemuliaan akhlak yang dimiliki.
Maka, mari saling memberi sebagai bentuk kemuliaaan akhlak kita..!
@NH magazine.

Kamis, 28 Maret 2013

Kentang dan Dendam



Suatu waktu, ada seorang guru SMP yang meminta murid-muridnya untuk membawa satu kantung plastik ke sekolah. Kemudian, dia meminta setiap anak untuk memasukkan satu kentang berukuran kelereng yang  telah disediakan kedalam kantung untuk setiap orang yang berbuat salah pada mereka dan tak mau mereka maafkan. Kantung itu harus mereka bawa selama satu minggu.
Anak-anak diminta menuliskan nama orang itu dan tanggal kejadian pada kulit kentang. Dan kantung tersebut harus dibawa kemanapun mereka pergi selama satu minggu penuh. Kantung itu, harus berada di sisi mereka saat tidur, di letakkan di meja saat mereka belajar, dan ditenteng saat berjalan. Menjadikan kantung itu sebagai teman mereka. Ada beberapa anak yang memiliki kantung yang ringan, namun tidak sedikit juga yang memiliki plastik kelebihan beban.
Hari berganti hari kentang itu makin membusuk dan mengeluarkan bau yang tak sedap. Hampir semua anak mengeluh dengan pekerjaan ini. Akhirnya, waktu satu minggu itupun selesai. Dan semua anak, agaknya banyak yang memilih untuk membuangnya daripada menyimpannya terus menerus.
Hikmah dibalik cerita ini adalah:
Saat kita tidak mau memaafkan seseorang, maka itu seperti kita sedang membawa beban.
Memberi maaf adalah lebih mudah dan ringan daripada membawa beban yang akan memperlambat pikiran juga gerak kita. pikiran yang seharusnya memikirkan hal lain, harus terisi sebagian oleh siapa dan kenapa kita tidak memberi maaf.
Saat kita menyimpan dan memendam kemarahan, dendam, maka sebenarnya kita sedang membawa kebusukan dihati kita. Akan ada perasaan berat, tertekan, juga kegalauan menyelimuti hati kita.
Segala sesuatu yang busuk, jika tidak segera dibuang, maka pada saatnya nanti akan dibuang beserta wadahnya. Begitu pula dengan kita, jika kebencian itu tidak segera dibuang dari hati kita, maka kitalah yang akan dipinggirkan dari sekeliling kita.
Mungkin kita berpikir, memaafkan adalah hadiah bagi orang yang kita beri maaf. Namun, harus kita sadari, bahwa pemberian itu, adalah juga hadiah buat diri kita sendiri. Hadiah untuk sebuah kebebasan. Kebebasan dari rasa tertekan, rasa dendam, rasa amarah, dan kedegilan hati.
Semulia-mulianya manusia adalah yang mempunyai adab yang baik, Mendahkan hati ketika berkedudukan tinggi, Memaafkan ketika ia mampu membalas, Dan bersikap adil ketika ia memiliki kekuatan.

Sabtu, 23 Februari 2013

Jadilah Seperti pensil




Seorang anak bertanya kepada neneknya yang sedang menulis sebuah surat.
“Nenek lagi menulis tentang pengalaman kita ya? atau tentang aku?”
Mendengar pertanyaan si cucu, sang nenek berhenti menulis dan berkata kepada cucunya,
“Sebenarnya nenek sedang menulis tentang kamu, tapi ada yang lebih penting dari isi tulisan ini yaitu pensil yang nenek pakai. Nenek harap kamu bakal seperti pensil ini ketika kamu besar nanti”, ujar si nenek lagi.Mendengar jawaban ini, si cucu kemudian melihat pensilnya dan bertanya kembali kepada si nenek ketika dia melihat tidak ada yang istimewa dari pensil yang nenek pakai.
“Tapi nek, sepertinya pensil itu sama saja dengan pensil yang lainnya”, Ujar si cucu.
Si nenek kemudian menjawab,
“Itu semua tergantung bagaimana kamu melihat pensil ini. Pensil ini mempunyai 5 kualitas yang bisa membuatmu selalu tenang dalam menjalani hidup, kalau kamu selalu memegang prinsip-prinsip itu di dalam hidup ini”,
Si nenek kemudian menjelaskan 5 kualitas dari sebuah pensil.
 
pertama:
pensil mengingatkan kamu kalau kamu bisa berbuat hal yang hebat dalam hidup ini. Layaknya sebuah pensil ketika menulis, kamu jangan pernah lupa kalau ada tangan yang selalu membimbing langkah kamu dalam hidup ini. Kita menyebutnya Allah, Dia akan selalu membimbing kita menurut kehendakNya”.
  
kedua:
dalam proses menulis, nenek kadang beberapa kali harus berhenti dan menggunakan rautan untuk menajamkan kembali pensil nenek. Rautan ini pasti akan membuat si pensil menderita. Tapi setelah proses meraut selesai, si pensil akan mendapatkan ketajamannya kembali. Begitu juga dengan kamu, dalam hidup ini kamu harus berani menerima penderitaan dan kesusahan, karena merekalah yang akan membuatmu menjadi orang yang lebih baik”.

ketiga:
pensil selalu memberikan kita kesempatan untuk mempergunakan penghapus, untuk memperbaiki kata-kata yang salah. Oleh karena itu memperbaiki kesalahan kita dalam hidup ini, bukanlah hal yang jelek. Itu bisa membantu kita untuk tetap berada pada jalan yang benar”.

keempat:
bagian yang paling penting dari sebuah pensil bukanlah bagian luarnya, melainkan arang yang ada di dalam sebuah pensil. Oleh sebab itu, selalulah hati-hati dan menyadari hal-hal di dalam dirimu”.

kelima:
sebuah pensil selalu meninggalkan tanda/goresan…
Seperti juga kamu, kamu harus sadar kalau apapun yang kamu perbuat dalam hidup ini akan tinggalkan kesan. Oleh karena itu selalulah hati-hati dan sadar terhadap semua tindakan”

 sumber:virouz007.wordpress.com

Sabtu, 16 Februari 2013

Anak Kecil yang Bijaksana


Selama ini kita selalu berfokus pada apa yang belum kita miliki dan sangat ingin kita miliki hingga melupakan hal yang sangat penting yaitu mensyukuri yang telah kita miliki sekecil apapun itu. Padahal Allah telah berjanji akan melipatgandakan nikmatNya kepada hambaNya yang pandai bersyukur. Jadi marilah mulai sekarang kita membuat daftar tulisan apa saja yang telah kita miliki dan dengan itulah kita bersyukur bahwa telah terlalu banyak yang sudah kita miliki.

Suatu ketika seseorang yang sangat kaya mengajak anaknya mengunjungi sebuah kampong dengan tujuan utama memperlihatkan kepada anaknya betapa orang-orang bisa sangat miskin. Mereka menginap beberapa hari di sebuah daerah pertanian yang sangat miskin.
Pada perjalanan pulang, sang Ayah bertanya pada anaknya.
“Bagaimana perjalanan kali ini?”
“Wah, sangat luar biasa, Ayah”.
“Kau lihat kan betapa manusia itu bisa sangat miskin,” kata ayahnya.
“Oh, iya ayah,” kata anaknya.
“Jadi pelajaran apa yang dapat kamu ambil?” Tanya ayahnya.
Kemudian si anak menjawab, “saya menyaksikan bahwa kita hanya punya satu binatang peliharaan, tapi mereka punya empat. Kita punya kolam renang yang luasnya sampai ke tengah taman, dan mereka memiliki telaga yan tidak ada batasnya. Kita mengimpor lentera – lentera di taman kita dan mereka memiliki bintang-bintang pada malam hari. Kita memiliki sebidang tanah untuk tempat tinggal dan mereka memiliki ladang yang melampaui pandangan kita. Kita punya pelayan-pelayan untuk melayani kita, tapi mereka bahagia bisa saling menghormati dan melayani sesamanya,” tutur sang anak”.
“Untuk makan, kita harus mengeluarkan uang yang susah-susah kita cari, namun mereka menumbuhkan makanannya sendiri. Kita mempunyai tembok untuk melindungi kekayaan kita dan mereka memiliki sahabat-sahabat untuk saling melindungi, ayah”. Kata anak itu berseri-seri.
Mendengar hal ini sang Ayah tak dapat berbicara.
Kemudian sang anak menambahkan “Terima kasih Ayah, telah menunjukkan kepada saya betapa miskinnya kita,” kata anak itu sambil menghela nafas panjang
(majalah Nurul Hayat edisi Agustus. )

Di Sini Jual Ikan Segar

Seseorang baru saja mencoba peruntungan dgn memulai usaha berjualan ikan segar di pasar. Ia membuka lapak di sebuah pasar dan memasang papan nama di depan lapaknya bertuliskan “ DISINI JUAL IKAN SEGAR “.
Tidak lama kemudian datanglah seorg pengunjung yg menanyakan tentang tulisannya itu,” Mengapa kau tuliskan kata DISINI? Bukankah semua org sudah tau kalau kau itu berjualan DI SINI bukan DI SANA? ”
“ Benar jg y…! ” Pikir si penjual ikan, lalu dihapusnya kata “DISINI” dan
Tidak lama kemudian datanglah pengunjung lainnya yg jg menanyakan tulisannya “ Hei, mengapa kau pakai kata ‘SEGAR’ ? bukankah semua org   sudah tau kalo yg kau jual adalah ikan segar,bukan ikan busuk? ”
“ Oia…benar jg katamu,…! ” pikir si penjual ikan, lalu dihapusnya kata JUAL dan tinggallah tulisan “ IKAN “
Selang beberapa waktu kemudian,datang pengunjung berikutnya yg jg menanyakan tulisannya : “ Mengapa kau tulis IKAN? Bukankah semua org sudah tau kalo ini IKAN bukan DAGING? “
“ Benar jg …! “ Pikir si penjual Ikan, lalu diturunkannya papan pengumuman itu sehingga tdk ada lagi papan nama di lapak sang penjual ikan yg membuat jarang ada pengunjung pasar yg mendatanginya karena dari kejauhan tak tampak petunjuk barang dagangannya.
hikmah:
bila kita ingin memuaskan semua org, yakinlah itu hal yg mustahil atau bahkan malah merugikan diri sendiri. Utamakan suara hati anda, utamakan kata agama anda. Biarlah org lain berpendapat….tp saringlah. Cerna kembali pendapat mereka, apakah sesuai dgn kata hati dan agama anda. Jika tidak, maka tegaslah untuk mengatakan TIDAK! ( Majalah Nurul Hayat jan 2012 )

Musafir dan Elang Kesayangan


Alkisah,ada seorang musafir yg melakukan pejalanan ditemani burung Elang kesayangannya. Ditengah padang pasir ia merasa sangat kehausan. Di suatu perbukitan batu, ia menemukan sumber air yang menetes dari sela2 bebatuan. Dengan gembira,ia segera menjulurkan tangannya untuk menampung tetesan air itu. Namun tiba2, burung elang peliharaannya menyambar tangannya. Dan hal ini dilakukannya secara berulang2.

Si Musafir sudah memarahinya dan bahkan mengancamnya dengan tongkat, tapi tetap saja burung elang melakukan perbuatannya itu. Karena itu, Si musafir langsung mengambil keputusan si elang tdk lg taat kepadanya, karena menghalanginhya untuk minum. Maka si Musafirkemudian memukul burung elang itu sekeras kerasnya, dengan tongkat. Si burung elang memekik kesakitan dan terbang membumbung tinggi,dan kemudianmelayang jatuh dalam keadaan tak bernyawa. Burung itu jatuh diatas bukit, tempat sumber air itu berada. Si Musafir, karena belum yakin kalau elang itu sudah mati,maka ia naik kebukit dan memeriksa tempat jatuhnya burung elang.

Ternyata disana, di sumber air itu, ada 2 bangkai,bangkai elang dan bangkai ular berbisa yg sangat besar. Dari mulut ular itu, mengalir bisa beracun yg menetes ke sumber air yg mengalir ke bawah bukit melalui sela2 bebatuan.

Si musafir terhenyak dan baru sadar kalau dirinya telah berbuat bodoh. Ia tidak meneliti dulu mengapa burung elangnya itu menghalanginya untuk minum, padahal jika ia minum air itu, ia mungkin akan tewas karena keracunan air yg telah bercampur bisa ular besar tersebut.

Menyesallah si Musafir itu karena telah berburuk sangka kepada burung elang peliharaanya yg justru telah berusaha menyelamatkan nyawanya. Namun ia membalas niat baik burung elang itu dengan tindakan main hakim sendiri, yg telah menyebabkan terbunuhnya burung elang itu ditangannya.

hikmah:
terkadang tanpa kita sadari, kita sering berprasangka buruk, negative thinking, Su'udzon kepada org lain, yg berniat baik kpd kita,menasehati kita, dan mengingatkan kita ketika kita hendak berbuat salah.
jangankan kita mendengarkan mereka,justru...terkadang kita mengumpat dan memarahi mereka. Dan kita selalu merasa punya alasan yg baik dan kuat untuk melakukannya, sehingga kita menutup mata dan telinga atas peringatan atau nasehat org lain. Lalu....ketika kebenaran hakiki terungkap, hanya sesallah yg tersisa.
Semoga kita terhindar dari berprasangka buruk...amiin
( Majalah Nurul Hayat 101- juni 2012 )

Keledai dalam Sumur


Suatu hari keledai milik seorang petani jatuh ke dalam sumur. Hewan itu menangis dengan memilukan selama berjam-jam semetara si petani memikirkan apa yang harus dilakukannya.

Akhirnya, Ia memutuskan bahwa hewan itu sudah tua dan sumur juga perlu ditimbun (ditutup – karena berbahaya);jadi tidak berguna untuk menolong si keledai. Dan ia mengajak tetangga-tetangganya untuk datang membantunya. Mereka membawa sekop dan mulai menyekop tanah ke dalam sumur.

Pada mulanya, ketika si keledai menyadari apa yang sedang terjadi, ia menangis penuh kengerian.Tetapi kemudian, semua orang takjub, karena si keledai menjadi diam. Setelah beberapa sekop tanah lagi dituangkan ke dalam sumur, si petani melihat ke dalam sumur dan tercengang karena apa yang dilihatnya.

Walaupun punggungnya terus ditimpa oleh bersekop-sekop tanah dan kotoran, si keledai melakukan sesuatu yang menakjubkan. Ia mengguncang-guncangkan badannya agar tanah yang menimpa punggungnya turun ke bawah, lalu menaiki tanah itu.

Sementara tetangga-tetangga si petani terus menuangkan tanah kotor ke atas punggung hewan itu, si keledai terus juga menguncangkan badannya dan melangkah naik. Segera saja, semua orang terpesona ketika si keledai meloncati tepi sumur dan melarikan diri !

Kehidupan terus saja menuangkan tanah dan kotoran kepadamu, segala macam tanah dan kotoran. Cara untuk keluar dari ‘sumur’ (kesedihan, masalah,dsb) adalah dengan menguncangkan segala tanah dan kotoran dari diri kita (pikiran, dan hati kita) dan melangkah naik dari ‘sumur’ dengan menggunakan hal-hal tersebut sebagai pijakan.

Setiap masalah-masalah kita merupakan satu batu pijakan untuk melangkah. Kita dapat keluar dari ‘sumur’ yang terdalam dengan terus berjuang,jangan pernah menyerah !

Ingatlah aturan sederhana tentang Kebahagiaan :
1. Bebaskan dirimu dari kebencian
2. Bebaskanlah pikiranmu dari kecemasan
3. Hiduplah sederhana
4. Berilah lebih banyak
5. Tersenyumlah
6. Miliki teman yang bisa membuat engkau tersenyum

sumber:
www.emotivasi.com

Kisah Bapak, Anak dan Seekor Keledai



Ini kisah tentang bapak, anak lelaki dan keledainya yang merepotkan.
Bagaimana tidak, tiap hari mereka harus menyediakan rumput, dan, yang paling tidak enak, harus selalu membersihkan kotoran keledai di kandang.
“Mending piara ayam, bisa bertelur!” kata si anak pada suatu hari. “Piara keledai hanya bikin repot!”
Si Bapak menghela nafas. Maklum akan kekesalan anaknya.
“Mending kalau keledai itu bisa membersihkan kotorannya sendiri!” si anak meneruskan kesalnya.
“Tak ada keledai sepandai itu, nak!” kata bapak coba menenangkan hati anaknya. “dia tidak sekolah, kan?”
“Laiyalah! Mana ada sekolah keledai?” sambut anaknya, makin kesal menanggapi gurauan si ayah. “Kenapa tidak kita jual saja keledai ini, pak?”
Kita jual? Si Bapak merenung.
“Nak, keledai itu kenangan dari kakekmu! Kau cucu lelaki kebanggan yang lahir di hari yang sama dengan keledai itu. Maka kakekmu menamaimu Dongki, yang artinya keledai mungil! Nama bapak sendiri kan Dongkus, alias keledai besar!”
Si Bapak senyum bernostalgia. Sebaliknya si anak, Dongki, makin kesal dengan keledai yang ternyata lahir di hari yang sama. Bukan suatu kehormatan besar lahir di hari yang sama dengan keledai! Bernama keledai mungil pula! Huh, apa kita bermarga Keledai?!
Dongki minta si bapak untuk menyingkirkan binatang itu.
Dengan perasaan apa boleh buat, pak Dongkus setuju.
Matahari pagi mulai menghangati bumi, ketika tiga mahluk Tuhan beda posisi ini jalan beriringan menuju pasar di kota.
“Hei, kalian bertiga mau kemana?” seorang tetangga menyapa mereka. Pak Dongkus menjawab singkat bahwa mereka akan ke pasar di kota.
“Kalian punya keledai kenapa tidak dinaiki? Dimana otak kalian?” kata tetangga usil itu.
Panas kuping pak Dongkus mendengar teguran tetangga itu. Setelah berunding dengan Dongki, ia naik ke punggung keledai, sementara si anak berjalan mengiringi. Namun belum 50 meter berjalan, gangguan kedua muncul.
“Bapak macam apa itu? Dirinya enak-enak naik keledai, anaknya disuruh jalan kaki! Sayang anak, dong!”
Suara tetangga kedua ini makin memerahkan telinga. Cepat-cepat pak Dongkus merosot dari punggung keledai. Ia tak mau dituduh tidak sayang anak.
Kini giliran ‘si Keledai Mungil’ Dongki naik dipunggung keledai asli. Sementara ‘si Keledai Besar’ Dongkus jalan kaki mengiringi. “Sekarang tak akan ada yang mencela lagi,” katanya dalam hati. “Bukankah aku seorang ayah yang sayang anak?”
Lagi-lagi pak Dongkus salah duga.
“Wah! Ini anak tidak hormat pada orangtua!” Seorang tukang rumput yang berpapasan jalan mencela. “Anak enak-enak naik keledai, ayahnya yang tua itu dibiarkan jalan kaki! Kamu juga! Kenapa orangtua tidak bisa didik anak?”
Anak dan bapak sama-sama kena semprot!
Anak-bapak duduk di bawah pohon, tak jauh dari hutan. Stres. Sama-sama stress. Apa pun yang mereka lakukan salah semua. Keduanya sepakat bahwa keledai warisan yang berhari ulangtahun sama dengan Dongki itu benar-benar merepotkan adanya. Pasar kota masih jauh, bagaimana cara menuju kesana yang aman dari cela orang?
Sementara itu, diam-diam keledai berjalan sendiri menuju hutan, tempat yang selama ini ia dambakan.
Tiba-tiba Dongki bersorak lihat jauh disana keledai menghilang ke hutan.
“Ayah, kita bebas sekarang!” teriaknya sambil menunjuk hutan. Si ayah setuju. “Ya, kita bebas dari tuan keledai yang merepotkan itu!”
Mereka pun pulang dengan riang, tidak takut lagi ada yang mencela bagaimana mereka bersikap terhadap keledainya!
Yah begitulah kisah bapak, anak dan seekor keledai kecil tadi, jika saya rangkum intinya setiap apa yang kita lakukan akan menimbulkan berbagai komentar dari orang lain.
contohnya kisah di atas,
1.       Keledai dinaiki 2 orang, dibilang kejam
2.       Keledai dinaiki anak, dibilang anak durhaka
3.       Keledai dinaiki bapak, dibilang bapak tidak sayang anak
4.       Keledai tidak dinaiki,orang bilang bodoh
Jadi bingung khan harus berbuat apa?

Hikmah:
1.       Kita tak akan pernah bisa memuaskan semua orang. Maka, jadilah diri sendiri dan lakukan apa yang kita anggap benar.
2.       Dalam kehidupan kita, sudah terjadi atau suatu saat nanti, bisa jadi kita akan menemui kejadian2 seperti diatas. Membuat keputusan untuk hidup kita kadang tidaklah mudah. Apalagi jika kita hidup di lingkungan orang banyak. Memilih sekolah, memilih pekerjaan, memilih kawan, memilih pasangan hidup, memutuskan apapun untuk hidup kita kadang malah jadi ribet hanya karena omongan orang lain.
3.       Pro dan kontra itu ada seperti adanya siang malam. Perbedaan pendapat itu memang seharusnya menjadi hal biasa. Jaman sekarang sepertinya kita sudah tdk bisa lagi mendengarkan, menuruti dan menyenangkan semua pihak. Asalkan kita punya prinsip dan apa yang kita putuskan itu benar, sebaiknya dijalankan saja.. 
4.       Dan sepertinya.. Kalo diliat-liat lagi ni, ada banyak manusia seperti yang berkomentar tadi. Semoga kita tidak masuk kedalam golongan orang-orang itu.  Orang-orang yang hanya suka menonton. Orang-orang yang hanya bisa berkomentar dan berkomentar. Tapi jika diminta pendapat balik, mereka bahkan tdk punya jawaban. Hmm……
5.       Jadi, fokus saja  dengan perjalanan menuju tujuan kita ya sobat….. Jangan terlalu dianggap omongan atau komentar dari orang2 tadi karena justru akan memperlambat perjalanan kita.
sumber:
dhammavijja.web.id
manusiabelajar.wordpress.com