Sabtu, 23 Februari 2013

Jadilah Seperti pensil




Seorang anak bertanya kepada neneknya yang sedang menulis sebuah surat.
“Nenek lagi menulis tentang pengalaman kita ya? atau tentang aku?”
Mendengar pertanyaan si cucu, sang nenek berhenti menulis dan berkata kepada cucunya,
“Sebenarnya nenek sedang menulis tentang kamu, tapi ada yang lebih penting dari isi tulisan ini yaitu pensil yang nenek pakai. Nenek harap kamu bakal seperti pensil ini ketika kamu besar nanti”, ujar si nenek lagi.Mendengar jawaban ini, si cucu kemudian melihat pensilnya dan bertanya kembali kepada si nenek ketika dia melihat tidak ada yang istimewa dari pensil yang nenek pakai.
“Tapi nek, sepertinya pensil itu sama saja dengan pensil yang lainnya”, Ujar si cucu.
Si nenek kemudian menjawab,
“Itu semua tergantung bagaimana kamu melihat pensil ini. Pensil ini mempunyai 5 kualitas yang bisa membuatmu selalu tenang dalam menjalani hidup, kalau kamu selalu memegang prinsip-prinsip itu di dalam hidup ini”,
Si nenek kemudian menjelaskan 5 kualitas dari sebuah pensil.
 
pertama:
pensil mengingatkan kamu kalau kamu bisa berbuat hal yang hebat dalam hidup ini. Layaknya sebuah pensil ketika menulis, kamu jangan pernah lupa kalau ada tangan yang selalu membimbing langkah kamu dalam hidup ini. Kita menyebutnya Allah, Dia akan selalu membimbing kita menurut kehendakNya”.
  
kedua:
dalam proses menulis, nenek kadang beberapa kali harus berhenti dan menggunakan rautan untuk menajamkan kembali pensil nenek. Rautan ini pasti akan membuat si pensil menderita. Tapi setelah proses meraut selesai, si pensil akan mendapatkan ketajamannya kembali. Begitu juga dengan kamu, dalam hidup ini kamu harus berani menerima penderitaan dan kesusahan, karena merekalah yang akan membuatmu menjadi orang yang lebih baik”.

ketiga:
pensil selalu memberikan kita kesempatan untuk mempergunakan penghapus, untuk memperbaiki kata-kata yang salah. Oleh karena itu memperbaiki kesalahan kita dalam hidup ini, bukanlah hal yang jelek. Itu bisa membantu kita untuk tetap berada pada jalan yang benar”.

keempat:
bagian yang paling penting dari sebuah pensil bukanlah bagian luarnya, melainkan arang yang ada di dalam sebuah pensil. Oleh sebab itu, selalulah hati-hati dan menyadari hal-hal di dalam dirimu”.

kelima:
sebuah pensil selalu meninggalkan tanda/goresan…
Seperti juga kamu, kamu harus sadar kalau apapun yang kamu perbuat dalam hidup ini akan tinggalkan kesan. Oleh karena itu selalulah hati-hati dan sadar terhadap semua tindakan”

 sumber:virouz007.wordpress.com

Sabtu, 16 Februari 2013

Anak Kecil yang Bijaksana


Selama ini kita selalu berfokus pada apa yang belum kita miliki dan sangat ingin kita miliki hingga melupakan hal yang sangat penting yaitu mensyukuri yang telah kita miliki sekecil apapun itu. Padahal Allah telah berjanji akan melipatgandakan nikmatNya kepada hambaNya yang pandai bersyukur. Jadi marilah mulai sekarang kita membuat daftar tulisan apa saja yang telah kita miliki dan dengan itulah kita bersyukur bahwa telah terlalu banyak yang sudah kita miliki.

Suatu ketika seseorang yang sangat kaya mengajak anaknya mengunjungi sebuah kampong dengan tujuan utama memperlihatkan kepada anaknya betapa orang-orang bisa sangat miskin. Mereka menginap beberapa hari di sebuah daerah pertanian yang sangat miskin.
Pada perjalanan pulang, sang Ayah bertanya pada anaknya.
“Bagaimana perjalanan kali ini?”
“Wah, sangat luar biasa, Ayah”.
“Kau lihat kan betapa manusia itu bisa sangat miskin,” kata ayahnya.
“Oh, iya ayah,” kata anaknya.
“Jadi pelajaran apa yang dapat kamu ambil?” Tanya ayahnya.
Kemudian si anak menjawab, “saya menyaksikan bahwa kita hanya punya satu binatang peliharaan, tapi mereka punya empat. Kita punya kolam renang yang luasnya sampai ke tengah taman, dan mereka memiliki telaga yan tidak ada batasnya. Kita mengimpor lentera – lentera di taman kita dan mereka memiliki bintang-bintang pada malam hari. Kita memiliki sebidang tanah untuk tempat tinggal dan mereka memiliki ladang yang melampaui pandangan kita. Kita punya pelayan-pelayan untuk melayani kita, tapi mereka bahagia bisa saling menghormati dan melayani sesamanya,” tutur sang anak”.
“Untuk makan, kita harus mengeluarkan uang yang susah-susah kita cari, namun mereka menumbuhkan makanannya sendiri. Kita mempunyai tembok untuk melindungi kekayaan kita dan mereka memiliki sahabat-sahabat untuk saling melindungi, ayah”. Kata anak itu berseri-seri.
Mendengar hal ini sang Ayah tak dapat berbicara.
Kemudian sang anak menambahkan “Terima kasih Ayah, telah menunjukkan kepada saya betapa miskinnya kita,” kata anak itu sambil menghela nafas panjang
(majalah Nurul Hayat edisi Agustus. )

Di Sini Jual Ikan Segar

Seseorang baru saja mencoba peruntungan dgn memulai usaha berjualan ikan segar di pasar. Ia membuka lapak di sebuah pasar dan memasang papan nama di depan lapaknya bertuliskan “ DISINI JUAL IKAN SEGAR “.
Tidak lama kemudian datanglah seorg pengunjung yg menanyakan tentang tulisannya itu,” Mengapa kau tuliskan kata DISINI? Bukankah semua org sudah tau kalau kau itu berjualan DI SINI bukan DI SANA? ”
“ Benar jg y…! ” Pikir si penjual ikan, lalu dihapusnya kata “DISINI” dan
Tidak lama kemudian datanglah pengunjung lainnya yg jg menanyakan tulisannya “ Hei, mengapa kau pakai kata ‘SEGAR’ ? bukankah semua org   sudah tau kalo yg kau jual adalah ikan segar,bukan ikan busuk? ”
“ Oia…benar jg katamu,…! ” pikir si penjual ikan, lalu dihapusnya kata JUAL dan tinggallah tulisan “ IKAN “
Selang beberapa waktu kemudian,datang pengunjung berikutnya yg jg menanyakan tulisannya : “ Mengapa kau tulis IKAN? Bukankah semua org sudah tau kalo ini IKAN bukan DAGING? “
“ Benar jg …! “ Pikir si penjual Ikan, lalu diturunkannya papan pengumuman itu sehingga tdk ada lagi papan nama di lapak sang penjual ikan yg membuat jarang ada pengunjung pasar yg mendatanginya karena dari kejauhan tak tampak petunjuk barang dagangannya.
hikmah:
bila kita ingin memuaskan semua org, yakinlah itu hal yg mustahil atau bahkan malah merugikan diri sendiri. Utamakan suara hati anda, utamakan kata agama anda. Biarlah org lain berpendapat….tp saringlah. Cerna kembali pendapat mereka, apakah sesuai dgn kata hati dan agama anda. Jika tidak, maka tegaslah untuk mengatakan TIDAK! ( Majalah Nurul Hayat jan 2012 )

Musafir dan Elang Kesayangan


Alkisah,ada seorang musafir yg melakukan pejalanan ditemani burung Elang kesayangannya. Ditengah padang pasir ia merasa sangat kehausan. Di suatu perbukitan batu, ia menemukan sumber air yang menetes dari sela2 bebatuan. Dengan gembira,ia segera menjulurkan tangannya untuk menampung tetesan air itu. Namun tiba2, burung elang peliharaannya menyambar tangannya. Dan hal ini dilakukannya secara berulang2.

Si Musafir sudah memarahinya dan bahkan mengancamnya dengan tongkat, tapi tetap saja burung elang melakukan perbuatannya itu. Karena itu, Si musafir langsung mengambil keputusan si elang tdk lg taat kepadanya, karena menghalanginhya untuk minum. Maka si Musafirkemudian memukul burung elang itu sekeras kerasnya, dengan tongkat. Si burung elang memekik kesakitan dan terbang membumbung tinggi,dan kemudianmelayang jatuh dalam keadaan tak bernyawa. Burung itu jatuh diatas bukit, tempat sumber air itu berada. Si Musafir, karena belum yakin kalau elang itu sudah mati,maka ia naik kebukit dan memeriksa tempat jatuhnya burung elang.

Ternyata disana, di sumber air itu, ada 2 bangkai,bangkai elang dan bangkai ular berbisa yg sangat besar. Dari mulut ular itu, mengalir bisa beracun yg menetes ke sumber air yg mengalir ke bawah bukit melalui sela2 bebatuan.

Si musafir terhenyak dan baru sadar kalau dirinya telah berbuat bodoh. Ia tidak meneliti dulu mengapa burung elangnya itu menghalanginya untuk minum, padahal jika ia minum air itu, ia mungkin akan tewas karena keracunan air yg telah bercampur bisa ular besar tersebut.

Menyesallah si Musafir itu karena telah berburuk sangka kepada burung elang peliharaanya yg justru telah berusaha menyelamatkan nyawanya. Namun ia membalas niat baik burung elang itu dengan tindakan main hakim sendiri, yg telah menyebabkan terbunuhnya burung elang itu ditangannya.

hikmah:
terkadang tanpa kita sadari, kita sering berprasangka buruk, negative thinking, Su'udzon kepada org lain, yg berniat baik kpd kita,menasehati kita, dan mengingatkan kita ketika kita hendak berbuat salah.
jangankan kita mendengarkan mereka,justru...terkadang kita mengumpat dan memarahi mereka. Dan kita selalu merasa punya alasan yg baik dan kuat untuk melakukannya, sehingga kita menutup mata dan telinga atas peringatan atau nasehat org lain. Lalu....ketika kebenaran hakiki terungkap, hanya sesallah yg tersisa.
Semoga kita terhindar dari berprasangka buruk...amiin
( Majalah Nurul Hayat 101- juni 2012 )

Keledai dalam Sumur


Suatu hari keledai milik seorang petani jatuh ke dalam sumur. Hewan itu menangis dengan memilukan selama berjam-jam semetara si petani memikirkan apa yang harus dilakukannya.

Akhirnya, Ia memutuskan bahwa hewan itu sudah tua dan sumur juga perlu ditimbun (ditutup – karena berbahaya);jadi tidak berguna untuk menolong si keledai. Dan ia mengajak tetangga-tetangganya untuk datang membantunya. Mereka membawa sekop dan mulai menyekop tanah ke dalam sumur.

Pada mulanya, ketika si keledai menyadari apa yang sedang terjadi, ia menangis penuh kengerian.Tetapi kemudian, semua orang takjub, karena si keledai menjadi diam. Setelah beberapa sekop tanah lagi dituangkan ke dalam sumur, si petani melihat ke dalam sumur dan tercengang karena apa yang dilihatnya.

Walaupun punggungnya terus ditimpa oleh bersekop-sekop tanah dan kotoran, si keledai melakukan sesuatu yang menakjubkan. Ia mengguncang-guncangkan badannya agar tanah yang menimpa punggungnya turun ke bawah, lalu menaiki tanah itu.

Sementara tetangga-tetangga si petani terus menuangkan tanah kotor ke atas punggung hewan itu, si keledai terus juga menguncangkan badannya dan melangkah naik. Segera saja, semua orang terpesona ketika si keledai meloncati tepi sumur dan melarikan diri !

Kehidupan terus saja menuangkan tanah dan kotoran kepadamu, segala macam tanah dan kotoran. Cara untuk keluar dari ‘sumur’ (kesedihan, masalah,dsb) adalah dengan menguncangkan segala tanah dan kotoran dari diri kita (pikiran, dan hati kita) dan melangkah naik dari ‘sumur’ dengan menggunakan hal-hal tersebut sebagai pijakan.

Setiap masalah-masalah kita merupakan satu batu pijakan untuk melangkah. Kita dapat keluar dari ‘sumur’ yang terdalam dengan terus berjuang,jangan pernah menyerah !

Ingatlah aturan sederhana tentang Kebahagiaan :
1. Bebaskan dirimu dari kebencian
2. Bebaskanlah pikiranmu dari kecemasan
3. Hiduplah sederhana
4. Berilah lebih banyak
5. Tersenyumlah
6. Miliki teman yang bisa membuat engkau tersenyum

sumber:
www.emotivasi.com

Kisah Bapak, Anak dan Seekor Keledai



Ini kisah tentang bapak, anak lelaki dan keledainya yang merepotkan.
Bagaimana tidak, tiap hari mereka harus menyediakan rumput, dan, yang paling tidak enak, harus selalu membersihkan kotoran keledai di kandang.
“Mending piara ayam, bisa bertelur!” kata si anak pada suatu hari. “Piara keledai hanya bikin repot!”
Si Bapak menghela nafas. Maklum akan kekesalan anaknya.
“Mending kalau keledai itu bisa membersihkan kotorannya sendiri!” si anak meneruskan kesalnya.
“Tak ada keledai sepandai itu, nak!” kata bapak coba menenangkan hati anaknya. “dia tidak sekolah, kan?”
“Laiyalah! Mana ada sekolah keledai?” sambut anaknya, makin kesal menanggapi gurauan si ayah. “Kenapa tidak kita jual saja keledai ini, pak?”
Kita jual? Si Bapak merenung.
“Nak, keledai itu kenangan dari kakekmu! Kau cucu lelaki kebanggan yang lahir di hari yang sama dengan keledai itu. Maka kakekmu menamaimu Dongki, yang artinya keledai mungil! Nama bapak sendiri kan Dongkus, alias keledai besar!”
Si Bapak senyum bernostalgia. Sebaliknya si anak, Dongki, makin kesal dengan keledai yang ternyata lahir di hari yang sama. Bukan suatu kehormatan besar lahir di hari yang sama dengan keledai! Bernama keledai mungil pula! Huh, apa kita bermarga Keledai?!
Dongki minta si bapak untuk menyingkirkan binatang itu.
Dengan perasaan apa boleh buat, pak Dongkus setuju.
Matahari pagi mulai menghangati bumi, ketika tiga mahluk Tuhan beda posisi ini jalan beriringan menuju pasar di kota.
“Hei, kalian bertiga mau kemana?” seorang tetangga menyapa mereka. Pak Dongkus menjawab singkat bahwa mereka akan ke pasar di kota.
“Kalian punya keledai kenapa tidak dinaiki? Dimana otak kalian?” kata tetangga usil itu.
Panas kuping pak Dongkus mendengar teguran tetangga itu. Setelah berunding dengan Dongki, ia naik ke punggung keledai, sementara si anak berjalan mengiringi. Namun belum 50 meter berjalan, gangguan kedua muncul.
“Bapak macam apa itu? Dirinya enak-enak naik keledai, anaknya disuruh jalan kaki! Sayang anak, dong!”
Suara tetangga kedua ini makin memerahkan telinga. Cepat-cepat pak Dongkus merosot dari punggung keledai. Ia tak mau dituduh tidak sayang anak.
Kini giliran ‘si Keledai Mungil’ Dongki naik dipunggung keledai asli. Sementara ‘si Keledai Besar’ Dongkus jalan kaki mengiringi. “Sekarang tak akan ada yang mencela lagi,” katanya dalam hati. “Bukankah aku seorang ayah yang sayang anak?”
Lagi-lagi pak Dongkus salah duga.
“Wah! Ini anak tidak hormat pada orangtua!” Seorang tukang rumput yang berpapasan jalan mencela. “Anak enak-enak naik keledai, ayahnya yang tua itu dibiarkan jalan kaki! Kamu juga! Kenapa orangtua tidak bisa didik anak?”
Anak dan bapak sama-sama kena semprot!
Anak-bapak duduk di bawah pohon, tak jauh dari hutan. Stres. Sama-sama stress. Apa pun yang mereka lakukan salah semua. Keduanya sepakat bahwa keledai warisan yang berhari ulangtahun sama dengan Dongki itu benar-benar merepotkan adanya. Pasar kota masih jauh, bagaimana cara menuju kesana yang aman dari cela orang?
Sementara itu, diam-diam keledai berjalan sendiri menuju hutan, tempat yang selama ini ia dambakan.
Tiba-tiba Dongki bersorak lihat jauh disana keledai menghilang ke hutan.
“Ayah, kita bebas sekarang!” teriaknya sambil menunjuk hutan. Si ayah setuju. “Ya, kita bebas dari tuan keledai yang merepotkan itu!”
Mereka pun pulang dengan riang, tidak takut lagi ada yang mencela bagaimana mereka bersikap terhadap keledainya!
Yah begitulah kisah bapak, anak dan seekor keledai kecil tadi, jika saya rangkum intinya setiap apa yang kita lakukan akan menimbulkan berbagai komentar dari orang lain.
contohnya kisah di atas,
1.       Keledai dinaiki 2 orang, dibilang kejam
2.       Keledai dinaiki anak, dibilang anak durhaka
3.       Keledai dinaiki bapak, dibilang bapak tidak sayang anak
4.       Keledai tidak dinaiki,orang bilang bodoh
Jadi bingung khan harus berbuat apa?

Hikmah:
1.       Kita tak akan pernah bisa memuaskan semua orang. Maka, jadilah diri sendiri dan lakukan apa yang kita anggap benar.
2.       Dalam kehidupan kita, sudah terjadi atau suatu saat nanti, bisa jadi kita akan menemui kejadian2 seperti diatas. Membuat keputusan untuk hidup kita kadang tidaklah mudah. Apalagi jika kita hidup di lingkungan orang banyak. Memilih sekolah, memilih pekerjaan, memilih kawan, memilih pasangan hidup, memutuskan apapun untuk hidup kita kadang malah jadi ribet hanya karena omongan orang lain.
3.       Pro dan kontra itu ada seperti adanya siang malam. Perbedaan pendapat itu memang seharusnya menjadi hal biasa. Jaman sekarang sepertinya kita sudah tdk bisa lagi mendengarkan, menuruti dan menyenangkan semua pihak. Asalkan kita punya prinsip dan apa yang kita putuskan itu benar, sebaiknya dijalankan saja.. 
4.       Dan sepertinya.. Kalo diliat-liat lagi ni, ada banyak manusia seperti yang berkomentar tadi. Semoga kita tidak masuk kedalam golongan orang-orang itu.  Orang-orang yang hanya suka menonton. Orang-orang yang hanya bisa berkomentar dan berkomentar. Tapi jika diminta pendapat balik, mereka bahkan tdk punya jawaban. Hmm……
5.       Jadi, fokus saja  dengan perjalanan menuju tujuan kita ya sobat….. Jangan terlalu dianggap omongan atau komentar dari orang2 tadi karena justru akan memperlambat perjalanan kita.
sumber:
dhammavijja.web.id
manusiabelajar.wordpress.com



10 Tanda Hati yang Sakit


1.     KIta Percaya Allah SWT,
Namun kita Tidak Mematuhi Perintah dan larangan-Nya.
2.    KIta Mengaku cinta RasuluLlah SAW ,
namun kita Tak Mengikuti Anjuran yang menjadi Sunnahnya.
3.    KIta Membaca Al'Quran,
namun enggan Tuk Mempelajari isi kandungannya dan Mengamalkan dalam Keseharian Kita.
4.    Menikmati semua Pemberian Allah SWT..
Namun tak Pernah Mensyukurinya.
5.    Mengetahui Syaithan adalah Musuh Yang Nyata,
Namun kita Ogah Melawannya.
6.    Menginginkan Masuk Syuga,
Namun merasa Malas dan Berat Melakukan Amalan dan Perbuatan yang Bisa Mengantarkan Kepadanya.
7.    Kita Tidak Menginginkan Masuk Kedalam Neraka..
namun Giat dan Rajin Melakukan Perbuatan dan amalan yang Bisa Mendorong KIta memasukinya.
8.    Mempercayai setiap yang Bernyawa pasti akan Mati..
Namun Tak Membekali dIri untuk Kematian itu.
9.    Over Sibuk Menginterview dan Menyorot Kesilapan dan KeKurangan Orang lain ,,
namun Lupa akan Kesilapan dan Kekurangan Diri Sendiri.
10.  IKut Mengantar kan Jenazah Kepemakaman ,
tapi Tidak Mengambil Pelajaran dari yang Sudah Meninggal.

sumber:elyoktafiani.blogspot.com